Header Ads

Juventus vs Sampdoria


newswoow - Kedatangan Maurizio Sarri awal musim ini ke Juventus bukan tanpa pandangan miring dan kritikan. Memang, musim sebelumnya, pelatih asal Naples ini memenangkan Liga Eropa bersama Chelsea. Namun, sepanjang karir kepelatihannya, belum sekalipun Sarri memenangkan liga. Sementara Juventus, delapan musim beruntun menjadi kampiun Serie A.

Bahkan di tengah musim ini, Sarri sempat diiusukan bakal dipecat. Tapi, kiritikan dan keraguan atas kapasitasnya, kini sudah terjawab. Pelatih kelahiran 10 Januari 1959 itu mampu memperpanjang domonasi Juventus di Serie A.

Ini setelah Leonardo Bonucci dan kawan-kawan menaklukkan Sampdoria 2-0 pada giornata 36 di Allianz Stadium, Turin, dini hari kemarin. Dua gol tersebut diciptakan Cristiano Ronaldo (45+7’) dan Federico Bernadeschi (67’).

Dengan tambahan tiga poin, kini Juventus unggul tujuh poin dari pesaing terdekatnya Inter Milan (83-76). Poin yang tak mungkin lagi terkejar karena hanya ada dua sisa pertandingan lagi. Scudetto kesembilan secara beruntun pun kini sudah dalam genggaman. Ini menjadi rekor di Eropa, sebagai klub dengan streak juara terpanjang di antara lima liga elite Eropa.

Selain itu, kini Sarri menjadi pelatih tertua yang memenangkan scudetto. Yakni berusia 61 tahun dan enam bulan. “Tentu saja punya perasaan khusus. Sangat sulit untuk menang, menjadi semakin rumit untuk terus menang, karena menerima sesuatu begitu saja dalam olahraga adalah salah satu kebohongan terbesar di dunia,” katanya kepada Sky Sport Italia, sebagaimana dikutip Football Italia.

Bagiya, perjalanan musim ini bukan seperti berjalan di taman. Tapi sebuah perjalanan yang panjang, sulit, dan menegangkan. Namun dia mengungkapkan, anak asuhnya layak mendapat banyak pujian karena terus menemukan rasa lapar dan tekad untuk terus mengejar kemenangan. “Saya katakan kepada mereka, jika Anda menang dengan saya yang belum pernah memenangkan apa pun, Anda pasti sangat baik!” dia tertawa.

Sarri dibawa ke Juventus awal musim ini untuk menggantikan Max Allegri. Dengan harapan membuat Bianconeri –julukan Juventus- bisa memainkan sepakbola yang lebih baik. Namun diakuinya, itu bukan pekerjaan mudah. Ada kesulitan taktis yang dialaminya. Selain itu, dia juga tidak mudah menyatukan karakteristik anak asuhnya.

“Mereka kelas dunia. Tapi tidak mudah untuk membuat mereka bekerja bersama dengan karakteristik mereka. Dengan banyak pekerjaan, saya pikir kami berhasil,” ujar mantan pelatih Napoli itu.

Sarri mengatakan, pada satu tahap bahwa ia telah berdiskusi dengan para pemain dan mereka berhasil saling memahami. “Kami semua berusaha mencari perbaikan dan menemukan cara agar semua orang bisa bahagia. Karena ini adalah kolaborasi. Semakin kita menghadapi masalah secara terbuka, semakin mudah kita menyelesaikannya,” ucapnya.

Di sisi lain, bek sekaligus kapten tim, Leonardo Bonucci mengakui bahwa ini adalah gelar tersulit yang diraih Juventus selama sembilan musim terakhir. “Itu adalah gelar yang paling indah, karena itu adalah yang paling sulit,” katanya kepada Sky Sport Italia. “Kami memulai era baru, filosofi baru, menghadapi begitu banyak kesulitan, tetapi kami terus memberikan semua yang kami miliki, bahkan ketika ada begitu banyak kesalahan,” terangnya.

Di sisi lain, musim juga berlangsung 11 bulan, karena lockdown tiga bulan yang disebabkan oleh Covid-19. “Di luar lapangan juga sangat rumit. Dunia berubah dalam tiga bulan. Kami harus mendapatkan kembali pikiran kami tentang itu, tetapi kami berhasil.

Kami menginginkannya. Kami menderita. Aku tidak punya kata-kata. Kami memberikan segalanya untuk memastikan bahwa kami akan melakukan ini untuk kami, untuk klub, dan untuk para penggemar,” sebut Bonucci.

Rekan sejawat Sarri yang kini melatih Everton, Carlo Ancelotti mengklaim, Maurizio Sarri telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam memimpin Juventus meraih gelar kesembilan berturut-turut. Dan Sarri telah membuktikan para kritikus itu salah.

No comments

Powered by Blogger.